Mitos Dan Fakta Misteri Gunung Sibuatan 2.457 MDPL
Gunung sibuaten atau warga tanah karo menyebutnya deleng
sibuaten merupakan gunung tertinggi di Sumatera Utara. Ketinggian Gunung
sibuaten 2.457 mdpl dan letak gunung ini tidak jauh dari danau toba. Gunung sibuaten memiliki dua jalur pendakian
yaitu jalur naga lingga dan jalur pancur batu. Jalan menuju puncak gunung sibuaten
terbilang sangat menantang karena jalan yang dipenuhi dengan lumpur, akar
pohon, tebing dan hewan liar jugak banyak di gunung sibuaten.
Dengan
jalur yang mantul gunung sibuaten juga memiliki mitos tersendiri. Banyak yang
bilang apabila kita pergi kepuncak sibuaten penunggu gunung tersebut akan
merasa senang. Sebaliknya apabila kita pulang atau turun dari puncak penunggu
gunung tersebut tidak suka. Mitos selanjutnya apabila naik gunung ataupun turun
kita tidak boleh berjalan saat jam 12 siang dan saat magrib, ya menurut saya itu suatu acuan/pegangan untuk setiap orang yang melakukan perjalanan.
Tahun
2018 saya dengan teman saya pergi naik gunung sibuaten diperjalanan menuju
sibuaten kami tidak mengalami kendala. Pada saat muncak sekitar bagda magrib
kami masih berada di hutan. Saya berjalan didepan sebagian anggota sudah
kelelahan dan kami berniat untuk camp di antara selter 3 dan 4. Nah.. pas magrib
saya mencari tempat landai (datar) dengan satu orang teman. Selangkah demi
selangkah dan langkah saya terhentikan. Saya melihat sosok hitam berada didepan
saya sekitar 10 meter. Sosok tersebut berwarna hitam besar seperti seorang ibu
genduk yang membawa anaknya. Saya langsung putar balik dan bilang keteman saya 'kita ngecamp di tempat sebelumnya saja'. Sebelum kami mencari tempat landai kami ada
tempat yang bisa buat camp akan tetapi banyak semak belukar ditempat tersebut.
Besok
pagi setelah makan kami memutuskan untuk naik gunung dengan meninggalkan
barang bawaan. Saya penasaran dengan sosok hitam yang saya lihat semalam dan saat
berjalan saya mengecek kembali mungkin saja itu batang pohon. Akan tetapi di
tempat saya melihat sosok tersebut saya tidak ada melihat ranting pohon. Wahh..
saya agak merinding saat itu untung saja sudah pagi dan saya tidak menceritakan
hal itu dengan kawan-kawan saya. Kita tidak boleh menceritakan hal mistis yang
kita alami saat berada digunung karena itu bakalan membuat teman setim kita
ketakutan dan akhirnya gak jadi muncak deh…
Empat jam kemudian akhirnya kami sampai di puncak gunung
dan kami berfoto-foto riya. Setelah selesai berfoto dan menikmati alam kami
turun kembali. Menurut mitos kalau kita pulang/turun puncak penunggu digunung tersebut tidak
senang. Saat perjalanan pulang kami terpisah menjadi dua grub karena kawan saya
yang cewek di belakang jadi saya ikut rombongan kedua.
Diperjalanan pulang kami kesasar yang harusnya belok kiri
kami malah belok kanan. Kami tersadar karena jalan yang kami lalui makin curam
dan banyak semak berduri akhirnya kami pun putar balik. Teman saya mendadak
terdiam sejenak dan kemudian jalan kembali dan akhirnya kami kembali kejalur
saat itu hujan melanda. Dua teman saya mengalami gelaja hiportemia dan kami
berniat untuk camp di hutan lagi. Keesokan harinya kami turun kembali dan
akhirnya kami sampai di kaki gunung.
Sesampainya dikaki gunung teman saya bercerita kalau dia
melihat sesosok kakek-kakek duduk di tebing lumpur saat kami kesasar. Kakek itu
melihati kami kata temanku saya merasa biasa saja soalnya kami sudah sampai
dikaki gunung. Kawanan yang lain juga bercerita bahwa saat perjalan turun
mereka seperti dilempari batu dari belakang dan bertemu kodok besar.
Mitos memang tidak harus dipercaya tapi kita harus menghargai mitos tersebut dan ijin orang tua saat pendakian itu penting agar kita selamat dijalan. Tujuan naik gunung adalah kembali kerumah dengan selamat bukan puncak atau sunrise. Jadi tetap perdulikan keamanan dari pada kenarsisan. Maaf apabila ada penulisan kata yang salah. YUKK.... berbagi pengalaman dengan mengomentari blog ini dan berbagi cerita dengan share blog ini... Salam lestari.
Komentar
Posting Komentar